Monday, November 30, 2020

Mencapai Sustainable Development Goals

Hanya 10 tahun lagi untuk mencapai Sustainable Development Goals tetapi pelaku usaha masih sibuk dengan tahap awal untuk berintegrasi dan berkembang

20 Januari 2020

Tinggal satu dekade lagi untuk melaksanakan Sustainable Development Goals yang diratifikasi pada 2015. Tindakan, perencanaan, dan target yang terintegrasi semuanya penting agar tindakan usaha dapat berkontribusi terhadap progres SDG nasional. 

Analisis PwC terhadap lebih dari 1.000 laporan yang diterbitkan oleh perusahaan yang terdaftar di bursa, swasta, dan sektor publik, menyoroti bahwa dengan sisa waktu sepuluh tahun untuk melaksanakan Sustainable Development Goals/SDG (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan), masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan jika pelaku usaha ingin memberikan kontribusi yang bermakna terhadap upaya nasional untuk mencapai SDG.

Penilaian tahunan PwC terhadap pelaporan publik tentang SDG menilai tingkat integrasi antara tujuan SDG dan kepemimpinan, strategi usaha, dan pelaporan, sebagai indikator kontribusi vital pelaku usaha terhadap pencapaian komitmen yang dinyatakan Pemerintah dalam sepuluh tahun ke depan. 

Hampir tiga per empat (72%) perusahaan yang dianalisis merujuk tujuan tersebut dalam pelaporan publik mereka, hanya lebih dari setengah perusahaan yang menyebut tujuan tersebut dalam laporan tahunan mereka. Hanya 1% dari keseluruhan sampel yang melaporkan upaya kuantitatif untuk menunjukkan progres mereka terhadap tujuan tersebut.

Sekarang sudah empat tahun sejak Tujuan Pembangunan Berkelanjutan diratifikasi secara bulat oleh semua 193 negara anggota PBB sebagai kerangka kerja universal untuk cara hidup dan operasi yang lebih berkelanjutan. Walaupun Pemerintah di seluruh dunia memiliki tanggung jawab utama untuk melaksanakan tujuan tersebut, mereka tidak dapat mencapainya tanpa dukungan dari pelaku usaha.

Meskipun terdapat kesadaran yang baik secara keseluruhan, progres terhadap SDG dapat dihambat dengan kurang spesifiknya target, pengukuran, dan integrasi bisnis yang lebih luas. Pelaporan progres terhadap SDG yang dibutuhkan untuk mencapai ambisi tersebut masih sangat minim, padahal tujuan tersebut menawarkan bahasa dan kerangka kerja bersama untuk membangun pandangan yang lebih transparan terhadap masalah-masalah, progres, dan skala perubahan yang dibutuhkan. Hanya 1% perusahaan yang dianalisis mengukur kinerja mereka terhadap target SDG secara spesifik.


Dari perusahaan-perusahaan yang dianalisis:

Satu dari lima pemimpin merujuk SDG dalam proyeksi mereka untuk tahun tersebut – menunjukkan bahwa tujuan tersebut masuk ke dalam agenda dewan.

Dari perusahaan yang merujuk SDG, 59% merujuk tujuan tersebut sebagai bagian dari laporan kinerja keberlanjutan mereka, sedangkan hanya lebih dari setengah (51%) menyebut tujuan tersebut di dalam laporan tahunan mereka.

14% menyebut target SDG secara spesifik: dari angka tersebut, 39% mengidentifikasi ambisi kualitatif, dan 20% ambisi kuantitatif.

Hanya 34% dari perusahaan yang menyebut SDG (25% dari semua perusahaan yang dianalisis), menyebutnya pada bagian pelaporan mereka yang membahas strategi bisnis.

Sebagian besar perusahaan mengidentifikasi tujuan Pekerjaan yang Layak dan Pertumbuhan Ekonomi sebagai fokus mereka, tetapi tujuan yang berkaitan dengan sumber daya alam atau kesejahteraan, yang penting bagi keberlanjutan bisnis kurang ditekankan.

 

Louise Scott, PwC Global Sustainable Development Goals Leader, mengatakan

“Meskipun kesadaran cukup tinggi, tanpa pengukuran dan pelaporan yang terintegrasi, progres dan langkah kebijakan yang relevan tidak dapat diidentifikasi pada tingkat perincian yang diperlukan untuk sungguh-sungguh mendorong progres untuk mencapai SDG.”

“Perusahaan mulai memprioritaskan tujuan-tujuan yang mereka percaya relevan dengan SDG, tetapi kita jarang merembukkan bagaimana kita dapat melakukan pendekatan terhadap tujuan tersebut. Tujuan berkaitan dengan air, tanah, dan energi memiliki peluang dan risiko strategis untuk hampir setiap sektornya, tetapi tidak diidentifikasi secara luas sebagai pertimbangan pada strategi dan investasi bisnis masa depan.”

“Tujuannya praktis, yaitu kerangka kerja pengelolaan risiko dan peluang dari sudut pandang pelaku usaha. Walaupun perusahaan tidak perlu secara spesifik merujuk tujuan-tujuan untuk mengambil tindakan, kita seharusnya melakukan identifikasi masalah-masalah yang mendasari tujuan tersebut dan strategi untuk mengatasi masalah tersebut, dan sayangnya kita belum melakukan itu.”

Marina R. Tusin, PwC Indonesia Consulting Leader, menambahkan, “Para pemimpin bisnis perlu menanamkan SDG dalam cara mereka berpikir, merencanakan, dan menjalankan bisnis. Jadikan cara-cara tersebut bagian dari proses pengambilan keputusan. Benamkan ke dalam kehidupan sehari-hari organisasi - budaya, nilai-nilai, hubungan dan keterlibatan karyawan. Sambungkan tujuan perusahaan dengan nilai yang diciptakan oleh bisnis di seluruh bagian manusia, planet, dan ekonomi dan jelaskan bagaimana hal tersebut dapat berkontribusi pada target SDG tertentu.”


Sumber :

https://www.pwc.com/id/en/media-centre/press-release/2020/indonesian/hanya-10-tahun-lagi-untuk-mencapai-sustainable-development-goals.html

No comments:

Post a Comment

The Bioeconomy is Much More Than a Circular Economy

The concepts of bioeconomy, circular economy and biomass cascading have similar targets, but neither is fully part of the other nor embedded...